Selasa, 13 Juni 2017

POLA PEMANENAN BUAH TENGKAWANG (Shorea machrophylla) DAN REGENERASI ALAMINYA DIKEBUN MASYARAKAT (Harvesting Patterns of Tengkawang (Shorea machrophylla) and Its Natural Regeneration in Community’s Garden)

Muhammad Fajri & Andrian Fernandes

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa
Jl. AW. Syahranie No.68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
e-mail: fajririmbawan@gmail.com

JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol. 1 No. 2, Desember 2015 : 81 - 88

ABSTRAK
Pemungutan buah tengkawang banyak dilakukan masyarakat di populasi alaminya, baik di kebun masyarakat, hutan adat maupun di hutan alam. Kenyataan yang dihadapi sekarang adalah adanya eksploitasi yang mengancam keberadaan pohon penghasil tengkawang. Permasalahan yang kedua adalah apakah selama ini masyarakat memanen biji tengkawang tersebut secara lestari, sehingga kedepannya keberadaan buah tengkawang tetap ada dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat tentang  cara pemanenan buah, produktivitas pohon dan permudaan yang ada di areal penghasil tengkawang di Kabupaten Sanggau. Metode pengumpulan data di dilapangan yaitu :1. wawancara dengan pemilik pohon tengkawang; 2. Pembuatan plot pada setiap pohon yang berbuah; 3. inventarisasi tingkat semai, pancang, tiang dan pohon tengkawang.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanenan buah tengkawang terjadi pada bulan Desember, Januari, Pebruari dan diperkirakan berakhir di bulan Maret. Masa pembungaannya dimulai pada bulan Nopember, Desember dan Januari. Pemanenan buah tengkawang masih dilakukan secara tradisional. Untuk produksi rata-rata 206,14 kilogram buah/pohon. Untuk tingkat regenerasi alami yang paling banyak ditemukan adalah tingkat semai.
Kata  kunci : Tengkawang, Pemanenan, regenerasi alami

ABSTRACT
Harvesting of tengkawang fruit is mostly carried out by people from  natural stands, whether in the community’s gardens, customary  forests or natural  forests. Fact in the field indicated that over  exploitation has  threatened the existence of  tengkawang trees. The second problem is whether these communities harveting ways of tengkawang seed so far is  it in a sustainable manner, so that  the fruit production of  tengkawang could be maintained in the future. The objective of this study is to find  information from the community about the way of  harvesting the fruit, the productivity of the tengkawang trees and the regeneration of existing trees in the tengkawang producing area at Sanggau District. The steps  of data collection in the field were: 1. interviewing the owner of the tengkawang trees; 2. establishing plots
on the area where tengkawang tree found bearing fruits, and 3. inventoring  seedlings, saplings, poles and trees of tengkawang found in the plots. Results showed that the harvesting period of tengkawang fruits occurred in December, January, February and predicted will be  end in March. Period of flowering starts in November, December and January. Harvesting  tengkawang fruit was still done traditionally. Productivity of the tree is  206.14 kg of fruits / tree. Seedlings is the most commonly found in  natural regeneration.
Keywords: Tengkawang, harvesting, natural regeneration

ANALISIS VEGETASI TENGKAWANG DI KEBUN MASYARAKAT KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT (Vegetation Analysis of Tengkawang in Community Garden Sintang District, West Kalimantan)

Muhammad Fajri & Supartini

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa
Jl. AW. Syahranie No.68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
e-mail: fajririmbawan@gmail.com

JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol. 1 No. 2, Desember 2015 : 55 - 62

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk menganalisis vegetasi Tengkawang dan jenis-jenis lain dalam interaksinya di kebun
masyarakat khususnya Dusun Tem’bak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pembuatan plot secara purposive sampling seluas 2,16 ha pada 3 topografi (lembah, lereng, bukit). Hasil penelitian  menunjukkan bahwa di kebun masyarakat ditemukan 139 jenis yang terdiri dari 3 jenis Tengkawang (Shorea macrophylla, S. stenoptera, S. beccariana) dan 136 jenis lain bukan Tengkawang. 10 jenis tanaman dengan jumlah terbanyak yaitu Karet (Hevea braziliensis), Tengkawang putih (Shorea macrophylla), Tengkawang merah (Shorea stenoptera), Tikalung, Durian (Durio spp), Medang (Litsea sp.), Gerunggang (Cratoxylum spp.), Umpang, Pinang (Areca catechu) dan Laban (Vitex pubescens). S. macrophylla dan Karet adalah jenis Tengkawang dan bukan Tengkawang yang mendominasi di kebun masyarakat. INP tertinggi untuk jenis Tengkawang terdapat pada topografi lembah, sedangkan INP tertinggi untuk Karet terdapat pada topografi bukit. Kebun masyarakat memiliki keragaman dan kemerataan jenis yang tergolong tinggi, sedangkan pada tiap topografi memiliki keragaman jenis yang sedang dan kemerataan jenis yang tinggi.
Kata kunci: analisis vegetasi, Tengkawang, INP, keragaman, kemerataan jenis

ABSTRACT
The study aims to analyze vegetation of Tengkawang and other spesies with its interactions in community garden, especially in Tem’bak, Sintang District, West Kalimantan. Plot area of 2.16 ha made in purposive sampling at 3 topography (valleys, hillside, hill). The results showed that in community garden has 139 species consist of 3 spesies of Tengkawang (Shorea macrophylla, S. stenoptera, S. beccariana) and 136 other spesies not Tengkawang. 10 of plants spesies have highest number were Rubber (Hevea braziliensis), white Tengkawang (Shorea macrophylla), red Tengkawang (Shorea stenoptera), Tikalung, Durian (Durio spp), Medang (Litsea sp.), Gerunggang (Cratoxylum spp.), Umpang, Pinang (Areca catechu) and Leban (Vitex pubescens). S. macrophylla and Rubber were Tengkawang and not Tengkawang spesies which dominates in community garden. The Highest of INP Tengkawang spesies contained in valley, while the highest of  Rubber spesies contained in hill. Community gardens have diversity and evenness spesies were relatively high, while on each topography has medium of diversity spesies and high of evenness spesies.
Keywords: Vegetation analysis, Tengkawang, INP, diversity, evenness spesies

POTENSI TENGKAWANG DI KEBUN MASYARAKAT DUSUN TEM’BAK, SINTANG, KALIMANTAN BARAT (Potency of Tengkawang in Community Garden of Tem’bak Hamlet, Sintang, West Kalimantan)

Supartini & Muhammad Fajri

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa
Jl. AW. Syahrani No.68, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
e-mail: tini_b2pd@yahoo.com, fajririmbawan@gmail.com

JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol. 1 No. 1, Juli 2015 : 7 - 14

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi tengkawang di kebun masyarakat sehingga pengelolaan tengkawang dapat dilakukan secara lestari. Pengukuran potensi tengkawang dilakukan dengan pembuatan plot seluas 2,16 ha atau 54plot pada 3 topografi yaitu di lembah 27 plot, lereng 14 plot dan bukit 13 plot di Dusun Tem’bak, Desa Gurung Mali,Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tengkawang yang terdapat di kebun masyarakat berjumlah 93 pohon atau memiliki kerapatan 43,06 pohon/ha dan jenis yang ditemukan yaitu Shorea macrophylla, S. stenoptera dan S. beccariana. Rataan potensi luas bidang dasar dan volume kayu ketiga jenis tengkawang yaitu 0,29 m2 dan 2,67 m3. Pohon tengkawang di lembah memiliki luas bidang dasar dan volume kayu yang lebih besar dibandingkan dengan pohon tengkawang di lereng dan bukit. Potensi S. stenoptera dari luas bidang dasar berbeda nyata dengan S. macrophylla dan S. beccariana, sedangkan potensi volume kayu ketiga jenis ini tidak berbeda nyata. Kelima kelas diameter tegakan tengkawang memiliki luas bidang dasar dan volume kayu yang berbeda nyata. S. macrophylla ditemukan di lembah, lereng dan bukit. S. stenoptera terdapat di lembah dan lereng. S. beccariana ditemukan hanya di bukit. Potensi tegakan tengkawang di kebun masyarakat masih tinggi untuk dikelola secara lestari.
Kata kunci: Tengkawang, potensi tegakan, sebaran

ABSTRACT
The aims of this study was determined potency of Tengkawang in community gardens so that it can be naged
sustainably. Tengkawang potential assesment had done by making the plot area of 2,16 ha or 54 plots in 3 topography namely at valley 27 plot, hillside 14 plot and hill 13 plot in Tem’bak Hamlet, Gurung Mali village, Tempunak Sub district, Sintang, West Kalimantan. The result showed that community gardens contained 93 trees or it has density of 43,06 tree/ha consist of Shorea macrophylla, S. stenoptera and S. beccariana. Mean potential of basal area and timber volume were 0.29 m2 and 2.67 m3. Basal area and timber volume of tengkawang trees in the valley had greater than tengkawang trees in hillside and hill. Basal area of S. stenoptera was significantly different than S. macrophylla and S. beccariana, while timber volume of third spesies were not significantly different. The fifth of tengkawang diameter class had basal area and timber volume significantly different. S. macrophylla was found in valley, hillside and hill. S. stenoptera was found in valley and hillside. S. beccariana was found only in the hill. Standing stock of tengkawang in community garden still high for sustainable utilization.
Keywords: Tengkawang, standing stock, distribution

Tema Terbaru

 Model Kampung Iklim Plus di Provinsi Kalimantan Timur  Berdasarkan Karakteristik Hutan Dan Lahan Penulis: M. Fajri Ady Iskandar Rina Wahyu ...

postingan populer